11 Februari 2012

Bilakah Cinta sudah tidak berjarak



Dengan cinta, Jarak menjadi relative, sore ini saya terlibat percakapan via sms dengan Ustad Zamroni Ahmad untuk mempertimbangkan seorang Akhwat yang cukup jauh dari tempat saya tinggal, dan belum pernah saya temui. Ustad Zam meminta saya untuk mempertimbangkan akhwat tersebut agar dijadikan Istri, namun saya menjawab singkat, 

“Jaraknya terlalu jauh ustad, saya belum tergerak untuk mengikhtiarkannya, disamping itu saya juga belum pernah bertemu dengannya“

Saya sendiri belum mempertimbangkan apa-apa soal ini, meski rencana untuk menyegerakan pernikahan sudah ada, kita lihat saja perkembangan selanjutnya, entah suatu saat, dengan siapakah saya akan menikah, Allahu 'alam!


Namun kali ini saya hendak membagi nasehat dari ustad Zamroni yang menurut saya sangat kuat dan mengerakkan, terkait bagaimana logika Cinta memandang Jarak dan Waktu :

“Teman ana org Australia, istrinya org Bogor, Toh Nyambung juga!”

“Ada lagi teman ana orang Yaman, Istrinya orang Bogor”

“Ada juga keluarga ana orang Maros, ketemu dengan Akhowat Bandung, ketemuannya di Aceh”

“Idzan (oleh Karen itu), Jangan Jadikan jarak sebagai kendala Bung!”

“Kalau jarak menjadi alasan, maka itu tidaklah ma’qul, kecuali jika RASA itu benar-benar belum terbit, maka jarak sehastapun takkan membuat lirikan matamu tergerak menerpanya.”

“Sebaliknya, sejauh apapun dari mata memandang, tetaplah sayap-sayap Cinta akan membawamu terbang menembus dingin-dingin angin, hingga tiada satu hijab antara jiwamu dan jiwanya….”

“Itu apabila RASA itu telah terbit di ufuk timur cinta!”

0 comments:

Posting Komentar