26 April 2012

Rumah Ukhuwah Bkmi Untan : Rihla’s Note

0 comments



Jelang sehari sebelum waktu yang telah direncanakan, konsep agenda rihlah dibahas di syuro BPH untuk mempertemukan muara semua gagasan rihlah yang berisi , bermanfaat serta selaras dengan tujuan yang telah dirumuskan : mengikat ukhuwah antar sesama dalam bingkai refreshing.

Disepakati untuk berkumpul disekre BKMI Untan pukul 06.00 WIB dengan masa tunggu satu setengah jam dan berangkat di pukul 07.30, total 7 ikhwan dan 17 akhwat dengan formasi 2 motor ikhwan paling depan dan 2 motor ikhwan sisanya paling belakang, adapun semua motor akhwat berada ditengah-tengah. Amir shof rihlah ini langsung oleh kepala BKMI Untan : Dedi Kurniawan, yang mengambil formasi motor paling depan, diikuti saya dan hamidi di tempat kedua lalu barisan akhwat dan paling belakang Kabid SPK dengan staffnya Hamditika dan Staff kaderisasi Andi Saputra beserta Kabid ADK , Catur.

Bentang waktu yang dihabiskan untuk sampai ketempat tujuan sui kakap adalah sejam, hingga tiba disebuah pasar bercirikhas multikultur beserta hiruk-pikuk transaksinya, sekejap saja kafilah rihlah BKMI menjadi pusat perhatian karena bilangan orangnya, perbedaan cara pakaian serta ciri khas mahasiswa, semua motor diparkir di satu tempat lalu kafilah beranjak ke tepian sungai untuk menunggu jemputan sampan, diujung sapuan pandangan saya melihat ada jembatan yang menyilang dengan tulisan cina dan melayau : “Jembatan 7 pusaka”

Fikriah dan manda menyempatkan untuk bertransaksi jagung sebagai bekal untuk dibakar bersama ditempat tujuan : Tanjung Shaleh, begitupula Dedi Zainullah dan Andi Saputra yang mencari pancingan. Hingga sampan yang dinanti tiba, satu persatu kami menaiki sampan, 1 sampan ikhwan dan 2 sampan untuk akhwat (tentu saja dengan penjagaan masing-masing 1 ikhwan ditiap sampannya), sampan melaju pelan melintasi sungai dengan riak kecil yang mengindikasi kedalamannya, menjadi heboh dengan irama histeris dari akhwat yang bersahut-sahutan setiap kali sampan bergoyang.


Saya sendiri yang berada di sampan ikhwan, mulai mencoba bertingkah seperti Traveler muslim legendaris “Ibnu batutah”, sarung yang sebelumnya saya kalungkan dileher berubah menjadi sorban yang bertahta dikepala, kesempatan langka berada diatas sampan ini tidak saya sia-siakan untuk melatih keseimbangan kaki saya yang patah beberapa bulan lalu, saya beridiri di setengah perjalanan dan mencoba terus berdiri seimbang diatas sampan yang bergoayang-goyang. 

Sebentar saja, sekitar 15 menit sampan berhasil menepi ketempat yang dituju. Sebagai basecamp adalah rumah seorang senior akhwat BKMI 2004 : Kak Salmah, seolah semua entitas atas izin Allah pada hari itu berkonspirasi untuk menyukseskan rihlah penuh makna dan berkesan yang kami selenggarakan. Saat tiba, sholat Dhuha menjadi amal pertama dari setiap pengurus , setelah sholat semuanya mengambil peran , semua ikhwan kecuali saya dan Dedi Kurniawan menuju ke tepi sungai untuk memancing. Sebagian akhwat memasak di dalam dapur rumah, sebagian lagi membantu saya dan Dedi Kurniawan menyiapkan prosesi pembakaran jagung & ikan.

Suasana menjadi makin ramai ketika ikhwan yang memancing menemukan banyak ikan, diputuskanlah pembakaran jagung di handle akhwat sepenuhnya, dan saya menjadi pengangkut ikan dan dedi kurniawan “menyiangnya”. Ikan yang didapatkan berjenis-jenis, tapi jujur saya tidak tahu namanya. Ada sekitar belasan ikan yang besar serta banyak ikan kecil-kecil yang berhasil terpancing.

Ikan hasil tangkapan, langsung dikonversi akhwat menjadi ikan bakar yang siap saji, pada saat yang sama saya berganti peran lagi menjadi tukang kupas kelapa, yang selajutnya menjadi bagian hidangan minuman segar untuk ditenggak para ikhwan pemancing. Sesuai waktu yang ditentukan, hidangan makanan yang dimasak akhwat di dapur, jagung , ikan bakar, serta air kelapa muda dingin lengkap dengan isinya selesai tepat waktu, semuanya berkumpul kedalam rumah, akhwat melingkar sendirian dan ikhwan melingkar sendirian, dan semuanya makan siang, laziiz jiddan!


Waktu dzuhur masuk, ikhwan bergerak ke surau untuk menunaikan kewajiban, agenda dilanjutkan dengan taujih serta sharing kepengurusan. Ditemukanlah tempat di pinggir belantaran sawah yang hijau menguning dibawah pepohonan rindang dengan tiupan angin spoi-spoi karena berdekatan dengan lepas pantai.  Andi Saputra menjadi pemberi taujih, setelah itu masuk sesi sharing pengurus yang berisi nasehat kebaikan, permintaan maaf serta rekomendasi internal untuk kepengurusan berikutnya ditemani jagung bakar dan kue bolu, sharing berjalan lancar, sesekali hening, dan mendadak menjadi lucu. Saat sesi sharing selesai  (Bersambung)

NB : Sila disambung dengan perspektif masing-masing, ana kehabisan kata-kata : )