16 Oktober 2016

Isi Museum Dipoegoro Keresidenan Kedu Magelang

0 comments




Ini kursi yang diduduki oleh Pangeran Diponegoro di sebuah ruangan di Karesidenan Kedu (Sekarang Bakorwil II Jateng). Ada bekas goresan kuku beliau. Menurut sejarawan, bekas goresan itu adalah reaksi kegeraman Pangeran Diponegoro ketika mengetahui bahwa perundingan dengan Jendral De Kock saat itu adalah jebakan belaka. Dalam sekejap di luar ruangan sudah dikepung oleh serdadu tengik kafir Belanda. Pengepungan ini menandai akhir perlawanan Pangeran Diponegoro terhadap penjajah kafir Belanda. Ia tertangkap bukan karena inferioritas kekuatan tapi oleh konspirasi licik penuh tipu muslihat.






Warisan Nusantara Islam. Sebuah kearifan aseli yang harus dijaga dan diperkenalkan kembali bahwa kemerdekaan diraih dari tinta ulama dan darah syuhada.
Kitab Taqrib, berisi tentang strategi perang dan pesan-pesan jihad. Berusia sekitar tiga abad. Hadiah dari Kiyai Syafi'i, guru spiritual Pangeran Diponegoro di masa-masa genting Perang Jawa. Terdapat catatan pinggir pada teksnya, mengindikasikan pernah ada yang mencoba mensyarahnya. Kitab ini saya foto di museum kamar Karesidenan Kedu Magelang. Kata pengelola museum, kitab ini sudah pernah coba diterjemahkan oleh Goethe Institute atas dorongan dari Peter Carey, Indonesianis yang paling lama meneliti Pangeran Diponegoro selama 30 tahun. Entah dimana sekarang terjemahannya. Sebab di kitab Ramalan Peter Carey juga tidak dicantumkan.

12 Oktober 2016

LANGGAR AGUNG

0 comments
Dalam pertempuran, setiap Pahlawan punya sumber kekuatan tiap kali energi dirasa habis. Atau kejenuhan dan keputusasaan mulai merasuk, mempengaruhi jiwa. Pahlawan butuh katarsis, wahana untuk pelepasan beban. Bagi sosok Diponegoro, tempat itu adalah Langgar Agung. Lokasinya di Salaman, Magelang tak jauh dari pusat latihan militer Akmil Angkatan Darat.

Ini situs bersejarah. Saksi bisu seorang anak bangsa yang menolak tunduk kepada penjajahan Belanda. Inilah tempat petilasan Pangeran Diponegoro, namanya Langgar Agung. Di Langgar inilah tempat Pengeran Diponegoro bermujahadah, meneguhkan ruh jihad, mengatur strategi di masa-masa genting Perang Jawa antara tahun 1825 hingga 1830.
Letak langgar ini di kaki Bukit Menoreh, persisnya di Kecamatan Salaman, Dusun Kalam Magelang. Kini disekitar langgar sudah berdiri MTS Diponegoro. Langgarnya sudah berulang kali dipugar dan sudah tidak dalam bentuk aslinya.
Hari ini saya berkesempatan mengunjungi tiga situs penting yang menandai akhir perjalanan Pangeran Diponegoro. Mengingat luarbidahsyatnya Perang Jawa kala itu, ini perang terlama sekaligus tersengit yang dihadapi Belanda. Bahkan mereka nyaris putus asa meredam api perlawanan Pangeran Diponegoro beserta pasukan jihadnya hingga akhirnya Belanda melalui tangan Jendral De Kock, menggunakan skenario licik menjebak Pangeran Diponegoro di sebuah ruangan di Karesidenan Kedu.