30 Maret 2015

Bagaimana Kematian Bekerja Pada Orang Shaleh

0 comments
Kisah ini kami dapat langsung dari diskusi ekslusif dengan seorang perawat senior (Laki-laki) yang sudah bertugas selama 3 tahun di ICCU RSUD Soedarso Kalbar. Selanjutnya perawat ini kita sebut sebagai "Bang Dee" (Nama samaran).

Kepada kami, Bang Dee menyampaikan pengakuan mengejutkan bahwa dalam rentang 3 tahun bertugas di Soedarso dengan angka kematian rata-rata 1 orang perhari baru satu sosok yang ia lihat wafat dengan cara sangat mulia. Jasadnya bersih dan harum, senyumnya lembut, serta keluarga yang ditinggal tidak ada yang histeris berlebihan.

Bang Dee menjelaskan bahwa kebanyakan kasus kematian yang terjadi selalu diikuti oleh aib yang tersingkap. Aneka macam aib yang tak sanggup dan layak saya telanjangi disini. Intinya, ujung kematian setiap orang selalu tertawan dengan dua hal, proses sakratul maut yang bisa saja sulit dan mengenaskan serta aib pasca kematian yang bisa saja tersingkap dengan penampakan yang busuk.

Abaikan ratusan kisah pilu ujung kematian pasien yang ditangani Bang Dee. Saya ingin langsung mengisahkan tentang satu-satunya kasus terunik yang pernah ditangani Bang Dee. Ini kisah kematian sosok orang yang shaleh dari Sambas dua tahun yang lalu.

Orang ini adalah tokoh masyarakat yang disegani bukan karena materi yang dimilikinya ataupun jabatan publik yang diembannya. Ketokohan orang ini datang karena kebijaksanaannya dalam pergaulan dengan masyarakat di kampungnya. Karena kebijaksanaan itulah hingga penduduk kampung menggelarinya Ustadz serta sering memberinya kesempatan bermajelis untuk menyampaikan petuah-petuah atau nasehat agama yang dinukilnya dari buku-buku berbahasa Indonesia karya ulama.

Kala itu hari Jum'at, seperti biasanya orang ini selalu diplot sebagai khatib jumat karena pamornya sebagai da'i sangat masyhur di area sekeliling kampungnya. Orang ini punya kebiasaan unik yang khas dan sangat jarang dimiliki oleh khatib lainnya. Orang ini selalu datang ke masjid lebih awal. Kebiasaannya yang datang awal itu untuk ikut membersihkan masjid tempat dimana ia akan berkhutbah.

Dalam perjalanannya ke Masjid di hari jum'at yang kesekian kalinya itu, beliau terkena serangan stroke yang mengharuskannya di rujuk ke RSUD Soedarso. Dalam sekejap bahkan sebelum waktu sholat jumat mulai di Kota Pontianak. Jasad orang shaleh ini sudah tiba di UGD Soedarso. Bisa dibayangkan betapa awalnya orang ini ke masjid mengingat perjalanan Sambas-Pontianak saja memakan waktu 6 jam hingga mampu tiba di Pontianak sebelum Jum'at.

Tiba sesaat sebelum kumandang adzan Jum'at orang ini mendapat pertolongan pertama dari Bang Dee namun tak terselamatkan. Dengan sangat tenang tanpa kejang yang meronta seperti umumnya orang yang mengalami sakratul maut, orang ini menghembuskan nafas terakhirnya dengan sangat baik. Sekejap ruangan dipenuhi oleh wewangian aneh yang datang dari jasad orang shaleh itu. Senyumnya sangat lembut, jasadnya sama sekali tidak mengeluarkan kotoran atau cairan khas bangkai manusia yang baru saja wafat. Bahkan ucapan spontan dari istri dan keluarga yang ditinggalkan sangat meneduhkan, "Kami ikhlas Bapak Pergi". Masya-Allah terjadi d hari jum'at dalam kondisi yang sangat baik!

Itu satu-satunya kasus kematikan terbaik yang pernah ditangani oleh Bang Dee selama 3 tahun bertugas di ICCU Soedarso. Ingatan atas kematian ini bisa memutus angan-angan kita terhadap dunia yang terlampau membuncah. Ingatan atas kematian ini membuat kita mawas dan mengukur diri. Ingatan atas kematian ini membuat kita tahu dimana batasan kita. Menghidupkan radar keimanan dalam hati yang terkadang meredup karena pesona dunia.

Mohon maaf jika ada salah ucap dan ketik. Salam : D