30 Oktober 2013

Bertahan

0 comments
Ketika Musa diminta berlari dari kejaran bala tentara Fir'aun. Dalam kecemasan yang akut. Apakah dia tahu bahwa akan datang pertolongan yang tak disangka itu? Yang ada hanya keyakinan untuk membuatnya terus berlari bersama pengikutnya. hingga benar turunlah mukjizat itu.

Ketika di Medan Badar. Saat berhadapannya dua pasukan yang timpang. Ketika ketakutan menguasai barisan kaum muslimiin. Sesaat lagi sebelum perang pecah. Ketika RasuluLlah mengangkat tinggi-tinggi tangannya, menagih pertolongan, dengan "do'a yang mengancam" seperti kata Abu Bakar. Apakah ia tahu bahwa pertolongan tersebut akan datang? yang ada hanya keyakinan, hingga kokoh bertahan sejauh itu. hingga benar turunlah tentara langit membantunya.

Tapi...
Mereka semua Nabi, Utusan dengan kemenangan yang dijanjikan, maka terselamatkanlah orang-orang yang berjuang bersamanya. yang pada hakikatnya berjuang di bawah panji kebenaran.

Bagaimanakah jika kita yang berada pada saat-saat kritis itu? tentu dalam skala ketakutan dan ujian yang berbeda. Sebab ujian kita selalu berdasarkan kapasitas kita, dan kapasitas Nabi atau orang-orang yg mengambil jalan hidup menyerupai Nabi itu selalu berat. Jauh beda dengan polemik remeh temeh harian yang sering kita hadapi.

Well kembali lagi, saat kita dalam dilema hidup yang kritis, saat harap sudah diujung tanduk? saat godaan untuk menagih pertolongan sudah makin tergesa-gesa? saat tak ada upaya lagi yg bisa dilakukan?

Maka Allah selalu mengajarkan, apapun level ujiannya, rumusnya selalu sama : Bertahan dalam kesabaran & keikhlasan!

Teramat mudah mengatakannya memang dan teramat berat mengamalkannya. Tapi kita manusia pembelajar dan beriman, akan selalu bisa melampaui ujian yang akan menjadikan kita lebih kuat & kokoh. What doesn't kill us make us stronger!

video yang ditautkan ini, dengan elok menggambarkan kedua hal tersebut.


http://www.youtube.com/watch?v=6_Eivl4eOyk&sns=fb

8 Oktober 2013

Ceritakan padaku sebuah kisah

0 comments
Dua hari ini saya tertarik sekali dengan sebuah lagu anak-anak. Judulnya “Raconte-Moi Une Histoire”, yang kurang lebih artinya "ceritakan padaku sebuah kisah" bait-bait lagunya sederhana dan dalam. Mewakili materi yang disampaikan Ustadz Felix Siauw di Agenda Training How to Master Your Habits kemarin. Bahwa Mula-mula kitalah yang membentuk kebiasaan itu maka selanjutnya kebiasaanlah yang akan membentuk kita.
Kebiasaan ini bisa lahir dari perkawinan antara latihan dan pengulangan.
Jalan untuk membentuk kebiasaan ini, sama persis dengan isi lagu yg saya paparkan diatas, selalu sulit diawal dan butuh proses. There is no thing such us "ujug-ujug".
Pada akhirnya, Kebiasaan inilah yang menjadi alat ataupun sebab bagi setiap orang menuju gerbang kejayaan atau keterpurukan. Sederhanyanya, akumulasi kebiasaanlah yang bisa mengubah dunia!

Ini dia, lirik lagu "Raconte-Moi Une Histoire" yang paling penuh makna tersebut.

"I heard about this frog
it's a very tiny frog
but it's also very special
you can only find it in the jungle
so far away from me
but if you find it and if you touch it
your world can change forever"

*Frog = Habits

http://www.youtube.com/watch?v=FSj_fcACvTE

7 Oktober 2013

Lelaki Syurga

1 comments
“Sesaat lagi akan tiba sosok lelaki penghuni syurga…..”

Rasulullah mengucapkan kalimat tersebut saat membersamai sahabat-sahabt beliau dalam sebuah majelis ilmu yang mulia. Sesaat semuanya terdiam sembari menanti dengan penasaran, siapakah gerangan laki-laki beruntung itu.

Sayangnya, sosok yang muncul dihadapan mereka terlampau sederhana untuk predikat setinggi itu, seorang lelaki biasa, berjalan memasuki mesjid dengan sebelah tangan menenteng sendal dan janggut yang basah dengan air wudhu.

Karena penasaran membuncah tentang apa rahasia yang membuat lelaki tersebut disabdakan sebagai penghuni surga oleh sang Nabi, Abdullah Ibn Amr Ibn Al-Ash memohon kepada lelaki itu untuk diperkenankan menginap selama 3 malam di rumahnya, dan Izin pun diperolehnya.

Setelah menginap dirumah lelaki itu, Abdullah Ibn Amr Ibn Al-Ash sampai pada kesimpulan bahwasanya amalan lelaki itu biasa saja. Tak ada yang istimewa menurutnya. Dan ia pun akhirnya pamit meninggalkan rumah lelaki itu.

Lelaki itu melepas kepergian tamunya dengan berkata, “Demi Allah, amalku tidak lebih dari yang kau lihat, hanya saja aku tak pernah menyimpan niat buruk terhadap sesama muslim (juga yg lain). Aku juga tak pernah ada rasa dengki kepada mereka yang mendapat anugerah dan kebaikan dari Allah”

Tertegun Abdullah Ibn Amr Ibn Al-Ash mendengarnya, Yah itu dia rahasiaya! Hati yang bersih dari prasangka buruk dan perasaan dengki kepada sesama hamba Allah! Terlihat sederhana, tapi sungguh sulit dilakukan.

Mungkin saja, kita sanggup menjaga Qiyamullail, shaum sunnah, serta amalan sunnah unggulan lainnya. Tapi seringkali amatlah sulit untuk menghilangkan perasaan curiga kepada sesama hamba Allah serta dengki atas apa yang Allah anugerahkan kepada orang lain dan kita tak mendapatkannya. ”Inilah justru yang tidak dapat kita lakukan”, demikian kata Abdullah Ibn Amr Ibn Al-Ash.

Lelaki syurga itu mengajak kita untuk menerobos kejahilian yang turun termurun dan rasa curiga yang tak memiliki dasar. Perasaan jahiliah yang dibisikkan dan diwariskan dari biasnya prasangka.

Dan lewat note ini, dari diri sendiri mari kita menembus batas-batas bendera serta sekat madzhab ataupun manhaj , mendefinisikan ulang tentang ukhuwah, tentang relasi iman dan pertautan hati sesama orang beriman. Bahwa Seperti yang disabdakan Nabi “Al Arwaahu Junuudun Mujannadah” , Ruh orang beriman itu, laksana tentara yang berbaris kokoh.