22 September 2013

KEBAIKAN KECIL YANG MENJALAR

0 comments
Kisah ini saya simak dari pengalaman teman yang kuliah di Jepang. Saya sampaikan ulang untuk menginspirasi rekan-rekan sekalian tentang budi baik yang efeknya bisa menjalar kemana-mana. Bahkan sampai ke hal-hal yang tidak kita duga sebelumnya.
Saya yakin cerita serupa banyak dialami oleh orang sekitar kita. Tentang hal baik kecil yang bisa menggelinding menjadi kebaikan besar yang mempengaruhi kehidupan banyak orang. Memang seperti itu sifat asli kebaikan, akan terus membesar dan mustahil tertukar. Maka jangan pernah ragu berbuat baik.
Begini kisahnya...
Jepang di pagi hari terasa tegang. Nyaris semua wajah terlihat serius memulai kehidupan. Semua bergegas untuk sampai ke tujuan. Jepang adalah negara maju yang disibukkan oleh ritme industri untuk menjaga dominasi sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia. Kondisi ini menciptakan iklim kompetitif bagi masyarakat Jepang sekaligus menguji empati karena nyaris semua orang berpikir individualis, menyelamatkan diri sendiri sebelum peduli kepada orang lain.
Pagi itu seorang mahasiswi Indonesia menaiki Bus dari kota Fukuoka menuju Kyudai. Lazimnya lalu lintas padat di pagi hari, bus sesak oleh penumpang yang kebanyakan mahasiswa. Rute dari Fukuoka menuju Kyudai ini memang rute mahasiswa. Di tengah perjalanan, seorang Bapak tua menyampir tas besar menaiki bus yang sesak itu. Nyaris tak ada yang peduli dengan Bapak tua itu sampai mahasiswi Indonesia tadi melihat sang Bapak tua dengan ekspresi wajah mengiba agar diberi tempat duduk karena tak tahan untuk berdiri.
Dengan sigap mahasiswi tadi memberi tempat duduknya kepada Bapak tua. Setelah mengucap terima kasih, Sang Bapak tua menanyakan asal mahasiswi itu, sempat dijawab "Saya dari Indonesia" sebelum percakapan mereka terpotong karena mahasiswi itu harus turun meninggalkan Bus.
Waktu yang singkat tidak memberi kesempatan lebih kepada Bapak Tua untuk mengetahui identitas lengkap wanita muda baik hati dari Indonesia itu.
Keesokan harinya di Seluruh kampus Fukuoka & Kyudai tertempel pengumuman yang isinya ucapan terima kasih serta cerita keteladan mahasiswi Indonesia dari seorang Direktur Eksekutif Yayasan Beasiswa Internasional Fukuoka bernama Keiichiro Yamada.
Bapak tua yang diberi kursi oleh mahasiswi tadi adalah Direktur Eksekutif Beasiswa Internasional. Pengumuman ini menjadi cerita yang cepat tersebar khususnya di kalangan mahasiswa asing karena kisah ini mengaharumkan nama Indonesia. Tak berhenti sampai disitu, atas kebaikan sederhana wanita tadi, kuota beasiswa untuk mahasiswa asing asal Indonesia juga ditambah berlipat-lipat.
Ket : Foto dibawah ini, adalah pengumuman yang ditempel di seluruh kampus di Fukuoka tersebut.

19 September 2013

Antara "Nyali" dan "Rasa ingin tahu"

1 comments
Adalah penyelam pemberani asal Swiss, Franco Banfi (53 Tahun) yang melakukan penjelajahan alam ke pedalaman Brazil di Sungai Mato Grosso dan menemukan Ular Raksasa Anaconda berukuran panjang 26 kaki (sekitar 8 meter) , foto-foto dibawah ini diambil secara ekslusif oleh si Penyelam di sungai yang menjadi sarang Anaconda, total 6 Anaconda betina raksasa yang ditemuinya. Tentu saja, aktivitas berbahaya ini mengancam nyawanya, hanya rasa ingin tahu dan nyali yang mengantarkan si penyelam menjelajah sedekat ini.  

Enjoy the show!


18 September 2013

Pujian

0 comments
Ibarat parfum, mungkin begitulah pujian sebenarnya bekerja, sikap kita yang rasional hanya sebatas menciumnya tidak sampai meminumnya. Boleh jadi ada masa-masa labil dimana kita dan nyaris semua orang begitu “haus” untuk menerima apresiasi ataupun pujian untuk mendapat “pengakuan” atas apa yang pernah kita capai atau sedang lakoni.

Pada dasarnya, Pengakuan ini menjadi penting, setiap orang pada dasarnya ingin dikenal “sebagai apa”, atau ingin diketahui “sedang melakoni apa”. Pengakuan laksana asupan jiwa yang membuat penikmatnya melayang diawang-awang atau sekedar nyaman melakoni kehidupannya, asal eksistensinya “diakui”. Bahkan bagi yang sudah candu akan pujian , akan menjadikannya sebagai tujuan dari semua aktivitas : Demi Pujian!

Maka boleh dicatat “Rumus Menyikapi Pujian” yang diwarisi turun-termurun dari Guru-Guru Peradaban, bahwa :
1. Memuji diri sama dengan menjatuhkan kehormatan dan itu lebih besar dari kehinaan yang diperoleh jika sekiranya kita dicaci seluruh penduduk bumi.
2. Pujian tulus yang datang dari seseorang sama dengan Kabar gembira yang dipercepat Allah, maka biasakan gumam “Kalimat thayyibah”, semisal “Subhanallah, MasyaAllah,La Quwwata Illa BiLlah, AstagfituLlah” dst.
3. Orang terpuji akan seketika menjadi hina ketika mulai memuji diri sendiri.
4. Betapapun hebatnya seseorang , jika terlalu mendramatisir diksi “Aku” dalam setiap pencapainnya, maka orang tersebut sedang bergerak dari sosok yang “memukau” menjadi sosok yang “memuakkan”

Dan inilah batasan-batasan yang diajarkan Guru-guru terbaik untuk mulai kita jaga, ketika semua orang setiap detiknya secara massif rela membagi informasi diri via sosmed & sejenisnya. (AQJ)