Sekitar 6 tahun silam, tepatnya ditahun 2010 saya mendengar ceramah yang sangat berbobot dari seorang tokoh politik islam yang menggunakan dialek khas bahasa ibu yang sangat saya kenali, Anis Matta namanya. Sejak saat itu saya selalu mengikuti "insight" sang tokoh yang kaya akan perspektif segar. Wabil khusus ketika membahas sejarah.
Kala itu Anis Matta merekonstruksi sejarah bagaimana RasuluLlah "taqwim ar rijaal", membentuk manusia-manusia yang ia bina disekelilingnya. Mengubah mentalitas mereka dari bangsa terbelakang yang hidup nomaden, lawless (tanpa konsensus hukum yg mengikat) , barbar dan sangat keras menjadi bangsa penakluk yang punya visi menebar rahmat bagi alam semesta.
Kala itu poin yang paling menarik bagi saya adalah perspektif Rasul dalam memandang manusia. Anis Matta menyetir sebuah hadis bahwa "An Nasu kal ma'aanin, khiyaruhum fil jahiliyah, hiyaarihum fil islaam", manusia itu ibarat tambang, sebaik-baik mereka kala masih jahiliyah akan tetap yang terbaik ketika sudah hijrah ke Islam.
Bagi saya ini keren sekali, sebuah pemaknaan revolusioner. Rasul melihat manusia laksana entitas tambang yang punya potensi. Selanjutnya, potensi ini jika berada dalam bimbingan yang tepat akan menemukan momentum lesatannya. Melaju sampai ke titik maksimal potensinya.
Pembahasan seorang teman tentang esensi logam dalam defenisi ilmu metallurgy mempertajam pemaknaan manusia sebagai tambang itu. Bahwa kita adalah logam. Salah satu entitas tambang yang berharga.
Kita adalah Logam, kenapa?
“Metal is a solid material which is typically hard, malleable, fusible, and ductile, with good electrical and thermal conductivity.”
Dikatakan 'typically hard' karena kita kuat, tabah, teguh dan utuh. Malleable, karena kita boleh 'dibentuk' melalui tarbiyah. Fusible, karena kita bisa bersatu dan menjadi satu kesatuan. Lalu ductile, karena kita bisa berubah-ubah. Meskipun ditimpa musibah, kita bisa tetap kuat dan utuh karenanya.
... with good electrical and thermal conductivity, karena kita mampu mengalirkan kebaikan kepada siapa saja.
”Manusia seperti logam, karena yang pernah menjadi terbaik di masa jahiliyah, bisa menjadi yang terbaik pula di masa tarbiyah!"
Semoga Ramadhan ini dengan amal itikaf bisa jadi momentum pembentukan kapasitas unggulan diri kita sebagai muslim yang sedang berporses seperti kata Gurunda Salim A.Fillah ;
Alangkah syahdu menjadi kepompong; berkarya dalam diam, bertahan dalam kesempitan.
Tetapi bila tiba waktu untuk jadi kupu-kupu, tidak ada pilihan selain terbang menari, melantun kebaikan di antara bunga, dan menebar keindahan pada dunia.
Alangkah damai menjadi bebijian; bersembunyi di kegelapan, menanti siraman hujan, menggali hunjaman dalam-dalam.
Tetapi bila tiba saat untuk tumbuh dan mekar, tidak ada pilihan kecuali menyeruak menampilkan diri; bercecabang menggapai langit, membagikan buah manis di setiap musim pada segenap penghuni bumi.
I'tikaf para pejuang adalah perhentian sejenak mereka untuk menyambungkan hidup dengan Yang Maha Hidup, menadah kekuatan dari Yang Maha Kuat, untuk melanjutkan perjuangan dan menuangkan pengorbanan di bumiNya yang menanti kiprah.
Selamat menjemput kemenangan.
0 comments:
Posting Komentar