18 Oktober 2011

Tentang Hilal (Tentang Seorang Sahabat)




Apa yang bisa kuceritakan tentang kenangan? Jika temanya tentang dirimu, Hilal

Tak banyak yang bias kurekam, bentangan masa yang kuhabiskan bersamamu juga tidaklah panjang ,

Kau bukan Nabi, bukan Wali, bukan Ahlu hikmah, tapi aku mengenalmu sebagai orang baik yang apa adanya,

Sebagai Orang yang jujur dengan ilmumu, luapan emosimu dengan turunan kekuranganmu membuatmu tampak begitu manusiawi sebagai seorang sahabat yang tulus,

Aku pernah terjungkal ke pusaran masalah yang melelahkan selama berhari-hari, namun ranjangmu, tempatmu meluapkan kelelahan  itu selalu ada untukku merebahkan badan dan menarik diri sejenak dari pergumulan masalah,

Pernah kita berbagi obsesi, mendiskripsikan dengan jujur tentang cita dan cinta, tentang hal yang membuat kita larut dalam galau,



Jujur ingin kuutarakan, tak ada masa barang sedetikpun yang aku habiskan bersamamu dengan kekesalan , kekecewaan apalagi dengan amarah, diantara sedikit, kamu salah satunya  orang dimana aku merasa aman dari pengkhianatan dari semua luapan emosi negatif yang menguras energy,

Bismillah,

PERTEMUAN PERTAMA
Semua santri baru memandang dengan asing, belum tampak keakraban disana, saya sendiri masih bergerumul dengan puluhan pertanyaan tentang mangapa saya berada di pesantren ini, mengapa saya harus berhadapan dengan materi-materi agama, apakah muara dari semua ini adalah rancangan masa depan dengan sebutan ustad di masyarakat Karena saya telah tampil menjadi dai’ yang menyampaikan pesan-pesan langit dengan retorika yang persuasif? Dari arah jam 9, Nampak sosok santri baru yang sangat aktif menjaring teman-teman baru, tidak terlihat kurus namun cukup berisi dan belum bisa dikatakan gemuk  dengan suara khas dan terdengar melengking ditelinga, percaya diri dia memperkanalkan diri dengan nama  HILAL BURHANUDDIN

PERJALANAN PERTAMA KE RUMAH HILAL
Kamis malam kami sudah merencanakan semuanya, ingin mengujungi rumah hilal dan berkenalan dengan hidupnya lebih dalam.  Di hari jum’at pertengahan tahun 2001, berjalan kaki melintasi perjalanan sederhana , hilal bercerita banyak hal tapi saya sudah lupa, hingga kami tiba dikediamannya di blok H BTP, suguhan bersahaja dan khas : bubur kacang hijau kental dengan santan putih cair

PERTEMUAN TERAKHIR
Tak ada ucapan perpisahan yang mengharubiru mengiringi pertemuan terakhir dimalam itu, semuanya larut dalam euforia malam perpisahan yang berisi banyak acara hiburan, tidak terkecuali hilal yang malam itu untuk terakhirnya dalam sejarah pertemanan kami, saya melihatnya bernyanyi mendedangkan sholawat nabi dengan gaya yg sama dengan hits sholawatnya UNGU. Saya sendiri masih sibuk dengan perasaan yang bercampur aduk didalam dada yang tidak sempat saya ceritakan kepada siapapun, bahkan klimaks dari semuanya saya harus pergi diam-diam tanpa permisi dengan orang-orang terdekat, bahkan dengan ahmad Ibrahim.

KETIKA KABAR DUKA ITU DATANG
Beberapa hari sebelum ummat islam merayaakn idul adha, ketika saya mengikuti agenda ifthor jam’ai di rumah salah satu pengurus BKMI UNTAN (Arita) kabar mengejutkan tersebut datang, berita duka bahwa hilal telah wafat, semua rekaman tentang sosok hilal berputar di kepala, ada campuran perasaan yang saling bereaksi di dalam dada, ada lintasan fikiran yang masih tidak mempercayai berita duka tersebut, senyum itu lenyap bersamaan waktu yang mengiringi pemakaman beliau hingga kepusaranya, senyuman yang abadi di dalam benak ini, kembali ingin saya nyatakan :

Hilal Tahukah kamu, selalu ada momentum untuk mengingatmu, mengenangmu…!!!

0 comments:

Posting Komentar