Manusia itu dinamis. Maka pada tahap tertentu prasangka terhadap seseorang tidak bisa tetap. Lebih baik lagi jika tidak berprasangka sama sekali. Karena kesibukan memperbaiki aib sendiri seringkali berbanding lurus dengan ketidaksempatan berprasangka terhadap orang lain.
Kecendrungan untuk berprasangka ini seringkali menjadi godaaan kuat bagi orang yang merasa shaleh atau memang sudah shaleh. Golongan kedua yang seringkali berprasangka adalah munafiqun, orang-orang munafik. Semut di seberang sungai nampak tapi gajah di hadapan sendiri diabaikan.
Seperti misalnya dalam kasus ketika kita mengenal seseorang yang identik terhadap suatu maksiat di masa lalu tapi kita yang tak kunjung paham perubahan manusia masih saja mencela orang itu dengan maksiat yang sudah ia tinggalkan. Maka berhati-hatilah berprasangka terhadap orang-ornag yang sudah berhijrah atau sudah meninggalkan maksiat-maksiatnya di masa lalu. Nabi sudah ingatkan.
روى معاذ رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : " من عيَّر أخاه بذنب لم يمت حتى يعمله ". رواه الترمذي .
كتاب صفة القيامة والورع/2429
قال أحمد : مِن ذنب قد تاب منه .
Mu'adz meriwayatkan bahwa Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Barangsiapa menghina saudaranya karena suatu dosa, dia belum akan mati sampai mengerjakan dosa yang sama." (HR At Tirmidzi dalam Kitab Shifat Al Qiyamah wal Wara' no 2429.)
Imam Ahmad berkata, "Yaitu mencela dosa yang pelakunya itu sudah bertaubat darinya."
0 comments:
Posting Komentar